teknokeun.com – Cara menghitung harga pokok produksi makanan – Membuka usaha kuliner? Memahami cara menghitung harga pokok produksi (HPP) makanan adalah langkah awal yang penting untuk mencapai kesuksesan. HPP makanan adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu porsi makanan, mulai dari bahan baku hingga biaya operasional. Dengan memahami HPP, Anda dapat menentukan harga jual yang tepat, memaksimalkan keuntungan, dan membuat bisnis kuliner Anda tetap berkelanjutan.
Artikel ini akan memandu Anda secara detail dalam menghitung HPP makanan, mulai dari mengidentifikasi komponen-komponen yang termasuk dalam HPP, cara menghitung biaya produksi, hingga menentukan harga jual yang ideal. Mari kita bahas langkah demi langkah agar Anda dapat mengelola bisnis kuliner dengan lebih efektif.
Memahami Harga Pokok Produksi (HPP)
Harga Pokok Produksi (HPP) merupakan faktor penting dalam menentukan harga jual makanan. Dengan memahami HPP, Anda dapat menentukan harga jual yang tepat untuk mendapatkan keuntungan dan tetap kompetitif di pasaran. HPP merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu produk, dalam hal ini adalah makanan.
Pengertian Harga Pokok Produksi (HPP) dalam Konteks Makanan
HPP makanan adalah total biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu jenis makanan. Biaya ini mencakup semua biaya yang dikeluarkan sejak awal proses produksi hingga makanan siap dijual. HPP penting untuk diketahui karena menjadi dasar dalam menentukan harga jual makanan. Jika HPP terlalu tinggi, maka harga jual makanan juga akan tinggi, yang dapat membuat produk Anda kurang kompetitif. Sebaliknya, jika HPP terlalu rendah, maka Anda mungkin tidak mendapatkan keuntungan yang cukup.
Komponen Harga Pokok Produksi (HPP) Makanan
HPP makanan terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu:
- Bahan Baku: Ini adalah komponen utama HPP makanan, yaitu semua bahan yang digunakan dalam proses produksi. Contohnya adalah tepung, gula, telur, daging, sayur, dan bumbu.
- Tenaga Kerja Langsung: Ini adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja yang terlibat langsung dalam proses produksi makanan. Contohnya adalah gaji karyawan yang memasak, mengemas, dan membersihkan.
- Biaya Overhead Pabrik (BOP): Ini adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendukung proses produksi, tetapi tidak langsung terkait dengan bahan baku atau tenaga kerja. Contohnya adalah biaya listrik, air, gas, dan pemeliharaan peralatan.
Contoh Perhitungan HPP Makanan
Sebagai contoh, mari kita hitung HPP untuk membuat 100 porsi nasi goreng.
Komponen HPP | Jumlah (Rp) |
---|---|
Bahan Baku (nasi, telur, sayur, bumbu) | 100.000 |
Tenaga Kerja Langsung (gaji juru masak) | 50.000 |
Biaya Overhead Pabrik (listrik, gas, air) | 20.000 |
Total HPP untuk 100 porsi nasi goreng adalah Rp. 170.000. Jika Anda ingin menjual nasi goreng dengan harga Rp. 15.000 per porsi, maka Anda perlu menjual minimal 12 porsi untuk menutup biaya produksi.
Mengidentifikasi Bahan Baku dan Biaya Produksi: Cara Menghitung Harga Pokok Produksi Makanan
Setelah menentukan jenis makanan yang akan diproduksi, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi bahan baku dan biaya produksi yang diperlukan. Hal ini penting untuk menghitung harga pokok produksi yang akurat dan menentukan harga jual yang kompetitif.
Daftar Bahan Baku dan Biaya
Buatlah daftar bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat makanan tertentu. Sebagai contoh, untuk membuat nasi goreng, berikut daftar bahan bakunya:
No | Bahan Baku | Satuan | Jumlah | Harga Satuan | Total Harga |
---|---|---|---|---|---|
1 | Nasi | Kg | 1 | Rp 10.000 | Rp 10.000 |
2 | Telur | Buah | 2 | Rp 2.000 | Rp 4.000 |
3 | Bawang Merah | Siung | 5 | Rp 100 | Rp 500 |
4 | Bawang Putih | Siung | 3 | Rp 100 | Rp 300 |
5 | Kecap Manis | Sendok Makan | 2 | Rp 1.000 | Rp 2.000 |
6 | Saus Tiram | Sendok Makan | 1 | Rp 1.500 | Rp 1.500 |
7 | Minyak Goreng | Sendok Makan | 2 | Rp 500 | Rp 1.000 |
8 | Garam | Sendok Teh | 1 | Rp 100 | Rp 100 |
9 | Lada | Sendok Teh | 1 | Rp 100 | Rp 100 |
10 | Sayuran (Kol, Wortel, dll) | Gram | 100 | Rp 2.000 | Rp 2.000 |
Untuk menghitung biaya bahan baku per unit makanan, bagi total harga bahan baku dengan jumlah unit makanan yang dihasilkan. Sebagai contoh, jika dari bahan baku di atas dapat dihasilkan 2 porsi nasi goreng, maka biaya bahan baku per porsi adalah Rp 10.000 / 2 = Rp 5.000.
Biaya Produksi Lainnya
Selain bahan baku, ada biaya produksi lainnya yang perlu dipertimbangkan, seperti:
- Biaya Tenaga Kerja: Upah pekerja yang terlibat dalam proses produksi, seperti memasak, pengemasan, dan pengiriman.
- Biaya Energi: Biaya listrik, gas, dan bahan bakar yang digunakan dalam proses produksi.
- Biaya Sewa: Biaya sewa tempat produksi, peralatan, dan perlengkapan.
- Biaya Perawatan: Biaya untuk pemeliharaan peralatan dan mesin produksi.
- Biaya Pemasaran: Biaya untuk promosi dan pemasaran produk makanan.
Perhitungan biaya produksi lainnya ini penting untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang biaya total produksi.
Menghitung Biaya Produksi
Setelah Anda memiliki daftar bahan baku dan proses produksi, langkah selanjutnya adalah menghitung biaya produksi. Biaya produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk makanan Anda. Biaya produksi ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung.
Biaya Produksi Langsung
Biaya produksi langsung adalah biaya yang secara langsung terkait dengan pembuatan produk makanan. Contohnya, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya kemasan.
- Biaya Bahan Baku: Ini adalah biaya utama dalam produksi makanan. Harga bahan baku bervariasi tergantung jenis bahan baku yang digunakan dan kualitasnya. Misalnya, harga daging ayam berbeda dengan harga daging sapi, dan harga tepung terigu premium lebih mahal daripada tepung terigu biasa.
- Biaya Tenaga Kerja Langsung: Ini adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar pekerja yang terlibat langsung dalam proses produksi, seperti chef, asisten chef, dan pekerja produksi. Misalnya, gaji chef yang memasak menu makanan, atau upah pekerja yang mengemas makanan.
- Biaya Kemasan: Biaya ini meliputi biaya wadah, label, dan bahan kemasan lainnya. Misalnya, biaya kotak pizza, plastik pembungkus makanan, dan label produk.
Biaya Produksi Tidak Langsung
Biaya produksi tidak langsung adalah biaya yang tidak secara langsung terkait dengan pembuatan produk makanan, tetapi tetap diperlukan untuk mendukung proses produksi. Contohnya, biaya sewa, biaya listrik, biaya air, biaya depresiasi peralatan, biaya asuransi, dan biaya gaji karyawan administrasi.
- Biaya Sewa: Biaya sewa untuk tempat usaha, seperti dapur, gudang, dan kantor.
- Biaya Listrik: Biaya penggunaan listrik untuk menjalankan peralatan dapur, seperti oven, kompor, dan mesin pengolah makanan.
- Biaya Air: Biaya penggunaan air untuk memasak, membersihkan peralatan, dan kebutuhan lain.
- Biaya Depresiasi Peralatan: Biaya ini merupakan penurunan nilai peralatan dapur dan mesin produksi seiring waktu. Misalnya, oven yang dibeli tahun ini akan memiliki nilai yang lebih rendah di tahun berikutnya.
- Biaya Asuransi: Biaya untuk melindungi tempat usaha, peralatan, dan karyawan dari risiko kerugian.
- Biaya Gaji Karyawan Administrasi: Biaya untuk membayar karyawan yang tidak terlibat langsung dalam proses produksi, seperti staf administrasi, marketing, dan akuntansi.
Contoh Perhitungan Biaya Produksi
Misalnya, Anda ingin menghitung biaya produksi untuk membuat 100 porsi nasi goreng. Berikut adalah contoh perhitungan biaya produksi langsung dan tidak langsung:
Biaya Produksi Langsung
Item | Jumlah | Harga Satuan | Total |
---|---|---|---|
Nasi | 10 kg | Rp 10.000/kg | Rp 100.000 |
Telur | 50 butir | Rp 2.000/butir | Rp 100.000 |
Sayuran | 2 kg | Rp 15.000/kg | Rp 30.000 |
Minyak Goreng | 2 liter | Rp 15.000/liter | Rp 30.000 |
Bumbu | 1 kg | Rp 20.000/kg | Rp 20.000 |
Kemasan | 100 buah | Rp 1.000/buah | Rp 100.000 |
Total Biaya Produksi Langsung | Rp 480.000 |
Biaya Produksi Tidak Langsung
Item | Jumlah | Harga Satuan | Total |
---|---|---|---|
Sewa Dapur | 1 bulan | Rp 5.000.000/bulan | Rp 5.000.000 |
Listrik | 1 bulan | Rp 1.000.000/bulan | Rp 1.000.000 |
Air | 1 bulan | Rp 500.000/bulan | Rp 500.000 |
Gaji Chef | 1 bulan | Rp 5.000.000/bulan | Rp 5.000.000 |
Total Biaya Produksi Tidak Langsung | Rp 11.500.000 |
Cara Mengalokasikan Biaya Produksi Tidak Langsung
Setelah Anda menghitung biaya produksi tidak langsung, Anda perlu mengalokasikan biaya tersebut ke setiap unit makanan. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengalokasikan biaya produksi tidak langsung, antara lain:
- Metode Persentase Penjualan: Metode ini mengalokasikan biaya produksi tidak langsung berdasarkan persentase dari total penjualan. Misalnya, jika total penjualan Anda adalah Rp 100.000.000 dan total biaya produksi tidak langsung adalah Rp 10.000.000, maka persentase biaya produksi tidak langsung adalah 10%. Biaya produksi tidak langsung untuk setiap unit makanan dihitung dengan mengalikan persentase ini dengan harga jual setiap unit makanan.
- Metode Jam Kerja: Metode ini mengalokasikan biaya produksi tidak langsung berdasarkan jumlah jam kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi setiap unit makanan. Misalnya, jika waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 porsi nasi goreng adalah 15 menit, dan total jam kerja untuk produksi nasi goreng adalah 100 jam, maka biaya produksi tidak langsung per porsi nasi goreng adalah Rp 115.000 (Rp 11.500.000 / 100 jam) x 0,25 jam (15 menit = 0,25 jam).
- Metode Unit Produksi: Metode ini mengalokasikan biaya produksi tidak langsung berdasarkan jumlah unit makanan yang diproduksi. Misalnya, jika Anda memproduksi 100 porsi nasi goreng dan total biaya produksi tidak langsung adalah Rp 11.500.000, maka biaya produksi tidak langsung per porsi nasi goreng adalah Rp 115.000 (Rp 11.500.000 / 100 porsi).
Menentukan Harga Jual
Setelah menghitung Harga Pokok Produksi (HPP), langkah selanjutnya adalah menentukan harga jual makanan. Penentuan harga jual ini sangat penting karena akan menentukan profitabilitas usaha kuliner Anda. Harga jual yang terlalu rendah bisa membuat Anda merugi, sedangkan harga jual yang terlalu tinggi bisa membuat konsumen enggan membeli.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Penentuan Harga Jual
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan harga jual makanan, antara lain:
- HPP: Harga Pokok Produksi (HPP) merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu porsi makanan. HPP ini menjadi dasar dalam menentukan harga jual, karena Anda harus setidaknya menjual makanan dengan harga yang lebih tinggi dari HPP agar tidak merugi.
- Margin Keuntungan: Margin keuntungan adalah persentase keuntungan yang ingin Anda peroleh dari setiap penjualan. Margin keuntungan ini sangat penting untuk memastikan bahwa usaha Anda menguntungkan dan dapat berkembang.
- Harga Pasar: Harga pasar merupakan harga jual makanan sejenis yang ditawarkan oleh kompetitor Anda. Anda perlu melakukan riset pasar untuk mengetahui harga jual kompetitor dan menyesuaikannya dengan kualitas dan nilai tambah yang ditawarkan oleh produk Anda.
- Target Konsumen: Target konsumen Anda juga akan memengaruhi harga jual. Jika target konsumen Anda adalah kelas menengah atas, Anda bisa menetapkan harga jual yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika target konsumen Anda adalah kelas menengah bawah, Anda perlu menetapkan harga jual yang lebih rendah agar terjangkau.
- Biaya Operasional: Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan usaha, seperti biaya sewa tempat, gaji karyawan, dan biaya utilitas. Biaya operasional ini juga perlu dipertimbangkan dalam menentukan harga jual agar usaha Anda tetap bisa berjalan.
Contoh Perhitungan Harga Jual
Misalnya, Anda ingin menjual nasi goreng dengan HPP Rp 10.000 per porsi. Anda ingin mendapatkan margin keuntungan 20%. Maka, harga jual nasi goreng tersebut dapat dihitung sebagai berikut:
Harga Jual = HPP + (HPP x Margin Keuntungan)
Harga Jual = Rp 10.000 + (Rp 10.000 x 20%)
Harga Jual = Rp 10.000 + Rp 2.000
Harga Jual = Rp 12.000
Jadi, harga jual nasi goreng tersebut adalah Rp 12.000 per porsi.
Perbandingan Harga Jual dengan Berbagai Tingkat Margin Keuntungan
Berikut tabel yang menunjukkan perbandingan harga jual nasi goreng dengan berbagai tingkat margin keuntungan, dengan asumsi HPP tetap Rp 10.000 per porsi:
Margin Keuntungan (%) | Harga Jual (Rp) |
---|---|
10% | 11.000 |
15% | 11.500 |
20% | 12.000 |
25% | 12.500 |
30% | 13.000 |
Contoh Kasus Perhitungan HPP
Untuk lebih memahami bagaimana menghitung HPP makanan, mari kita lihat contoh kasus perhitungan HPP untuk sebuah warung makan yang menjual nasi goreng. Contoh kasus ini akan menggunakan data riil dan mendemonstrasikan cara menghitung HPP makanan dengan menggunakan rumus yang tepat. Langkah-langkah perhitungan HPP makanan dari awal hingga akhir akan dirinci dengan jelas.
Contoh Kasus Warung Makan Nasi Goreng, Cara menghitung harga pokok produksi makanan
Misalkan warung makan ini menjual nasi goreng dengan harga Rp15.000 per porsi. Untuk menghitung HPP nasi goreng, kita perlu mengetahui biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang dikeluarkan untuk membuat satu porsi nasi goreng.
Bahan Baku
- Nasi: Rp2.000 per porsi
- Telur: Rp1.000 per porsi
- Sosis: Rp1.500 per porsi
- Sayuran (kol, sawi, bawang merah, bawang putih): Rp1.000 per porsi
- Bumbu (kecap manis, garam, merica, penyedap rasa): Rp500 per porsi
Total biaya bahan baku per porsi nasi goreng adalah Rp6.000.
Tenaga Kerja Langsung
Misalkan warung makan ini mempekerjakan satu orang juru masak dengan upah Rp50.000 per hari. Asumsikan juru masak dapat membuat 50 porsi nasi goreng per hari. Maka, biaya tenaga kerja langsung per porsi nasi goreng adalah Rp1.000 (Rp50.000 / 50 porsi).
Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik adalah biaya yang dikeluarkan untuk mendukung proses produksi, seperti biaya listrik, gas, air, dan penyusutan peralatan. Misalkan biaya overhead pabrik untuk warung makan ini adalah Rp500.000 per bulan. Asumsikan warung makan ini menjual 1.000 porsi nasi goreng per bulan. Maka, biaya overhead pabrik per porsi nasi goreng adalah Rp500 (Rp500.000 / 1.000 porsi).
Perhitungan HPP
HPP = Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja Langsung + Biaya Overhead Pabrik
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, maka HPP nasi goreng adalah:
HPP = Rp6.000 + Rp1.000 + Rp500 = Rp7.500 per porsi
Jadi, HPP nasi goreng adalah Rp7.500 per porsi. Artinya, warung makan tersebut mengeluarkan biaya sebesar Rp7.500 untuk membuat satu porsi nasi goreng.
Ringkasan Terakhir
Dengan memahami cara menghitung HPP makanan, Anda dapat mengelola bisnis kuliner dengan lebih terstruktur dan efisien. HPP menjadi dasar dalam menentukan harga jual yang tepat, sehingga Anda dapat memperoleh keuntungan yang optimal dan tetap bersaing di pasar. Selalu perhatikan tren pasar dan kebutuhan konsumen untuk menyesuaikan strategi bisnis Anda. Selamat mencoba dan semoga sukses!
Pertanyaan Umum (FAQ)
Apakah HPP hanya mencakup biaya bahan baku?
Tidak, HPP mencakup semua biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi satu unit makanan, termasuk bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya operasional, dan biaya overhead.
Bagaimana cara menghitung biaya overhead dalam HPP?
Biaya overhead dihitung berdasarkan proporsi penggunaan sumber daya untuk produksi makanan. Misalnya, jika Anda menggunakan 10% dari listrik untuk produksi makanan, maka 10% dari total biaya listrik dihitung sebagai biaya overhead untuk produksi makanan.